Minggu, 27 April 2014

TETAPLAH BERSINAR DENGAN ILMU AGAMA


                                                                                  
Masa-masa paling indah adalah kisah semasa disekolah. Apapun itu semua akan jadi kenangan manis bagi para penuntut ilmu cilik, jangan khawatir wahai penuntut ilmu cilik karena berjuta-juta hamparan naungan dan ridho Alloh bagi kalian. Jangan merasa rendah menjadi penuntut ilmu, karena dipundak kalianlah masa depan dunia, kalian mampu merubah dunia dengan kemampuanmu yang sekarang. Apakah kalian menginginkan perubahan……? Oh so pasti……..!
Apa realisasinya……? Emmmmmmm apa yah…..?
Mungkin itu yang ada dibenak kalian tapi tidak untuk saat ini, jikalau masih ada kata-kata tersebut dihati kalian saat ini, maka sudah barang pasti kalian tidak menginginkan perubahan yang lebih baik,
Apa realisasinya…? Apa jawaban kalian….? Ayo temukan jawaban itu sekarang juga,,,,,,
Karena perubahan tidak akan terwujud sebelum kita sendiri yang mempunyai keinginan untuk berubah.
Maka dari itu MARI PERBAIKI DIRI SEMBELUM KITA MEMPERBAIKI DUNIA itulah 
THE BEST OF CHANGE.
            Diatas adalah fhoto kelas VI semester akhir 2013-2014, yang hendak mempertanggung jawabkan usaha belajarnya selama 6 tahun mengenyam pendidikan di ALKHOIR. Beberapa hari kedepan mereka akan bersiap memperjuangkan modal perubahan dunia pada secarik kertas yang berisikan soal kompetensi akademik sekolah dasar yang akan diselenggarakan serempak se Indonesia 2 minggu kedepan Insya Alloh. Doa adik-adik dan para alumni akan memberikan semangat tersendiri buat mereka yang akan melaksanakan ujian nasional SD se Indonesia.
            Dan untuk adik-adikku dan alumni-alumniku tetaplah bersinar dengan ilmu agama kalian yah….?
Karena sebenarnya orang yang mendahulukan agama dalam kehidupannya maka dunia akan mengikuti kalian, pokoknya nempel deh kaya perangko.
            Karena kita telah tahu, bahwa Salah satu fenomena yang cukup memprihatinkan pada zaman kita saat ini adalah rendahnya semangat dan motivasi untuk menuntut ilmu agama. Ilmu agama seakan menjadi suatu hal yang remeh dan terpinggirkan bagi mayoritas kaum muslimin. Berbeda halnya dengan semangat untuk mencari ilmu dunia. Seseorang bisa jadi mengorbankan apa saja untuk meraihnya. Kita begitu bersabar menempuh pendidikan mulai dari awal di sekolah dasar hingga puncaknya di perguruan tinggi demi mencari pekerjaan dan penghidupan yang layak. Mayoritas umur, waktu dan harta kita, dihabiskan untuk menuntut ilmu dunia di bangku sekolah. Bagi yang menuntut ilmu sampai ke luar negeri, mereka mengorbankan segala-galanya demi meraih ilmu dunia: jauh dari keluarga, jauh dari kampung halaman, dan sebagainya. Lalu, bagaimana dengan ilmu agama? Terlintas dalam benak kita untuk serius mempelajarinya pun mungkin tidak. Apalagi sampai mengorbankan waktu, harta dan tenaga untuk meraihnya. Tulisan ini kami maksudkan untuk mengingatkan diri kami pribadi dan para pembaca bahwa menuntut ilmu agama adalah kewajiban yang melekat atas setiap diri kita, apa pun latar belakang profesi dan pekerjaan kita.

Kewajiban Menuntut Ilmu Agama
Sebagian di antara kita mungkin menganggap bahwa hukum menuntut ilmu agama sekedar sunnah saja, yang diberi pahala bagi yang melakukannya dan tidak berdosa bagi siapa saja yang meninggalkannya. Padahal, terdapat beberapa kondisi di mana hukum menuntut ilmu agama adalah wajib atas setiap muslim (fardhu ‘ain) sehingga berdosalah setiap orang yang meninggalkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)
Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib atas setiap muslim, bukan bagi sebagian orang muslim saja. Lalu, “ilmu” apakah yang dimaksud dalam hadits ini? Penting untuk diketahui bahwa ketika Allah Ta’ala atau Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kata “ilmu” saja dalam Al Qur’an atau As-Sunnah, maka ilmu yang dimaksud adalah ilmu syar’i (ilmu agama), termasuk kata “ilmu” yang terdapat dalam hadits di atas.
Sebagai contoh, berkaitan dengan firman Allah Ta’ala,
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Dan katakanlah,‘Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’“. (QS. Thaaha [20] : 114)
maka Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,
( وَقَوْله عَزَّ وَجَلَّ : رَبّ زِدْنِي عِلْمًا ) وَاضِح الدَّلَالَة فِي فَضْل الْعِلْم ؛ لِأَنَّ اللَّه تَعَالَى لَمْ يَأْمُر نَبِيّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِطَلَبِ الِازْدِيَاد مِنْ شَيْء إِلَّا مِنْ الْعِلْم ، وَالْمُرَاد بِالْعِلْمِ الْعِلْم الشَّرْعِيّ الَّذِي يُفِيد مَعْرِفَة مَا يَجِب عَلَى الْمُكَلَّف مِنْ أَمْر عِبَادَاته وَمُعَامَلَاته ، وَالْعِلْم بِاَللَّهِ وَصِفَاته ، وَمَا يَجِب لَهُ مِنْ الْقِيَام بِأَمْرِهِ ، وَتَنْزِيهه عَنْ النَّقَائِض
“Firman Allah Ta’ala (yang artinya),’Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali (tambahan) ilmu. Adapun yang dimaksud dengan (kata) ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan”. (Fathul Baari, 1/92)
Dari penjelasan Ibnu Hajar rahimahullah di atas, jelaslah bawa ketika hanya disebutkan kata “ilmu” saja, maka yang dimaksud adalah ilmu syar’i. Oleh karena itu, merupakan sebuah kesalahan sebagian orang yang membawakan dalil-dalil tentang kewajiban dan keutamaan menuntut ilmu dari Al Qur’an dan As-Sunnah, namun yang mereka maksud adalah untuk memotivasi belajar ilmu duniawi. Meskipun demikian, bukan berarti kita mengingkari manfaat belajar ilmu duniawi. Karena hukum mempelajari ilmu duniawi itu tergantung pada tujuannya. Apabila digunakan dalam kebaikan, maka baik. Dan apabila digunakan dalam kejelekan, maka jelek. (Lihat Kitaabul ‘Ilmi, hal. 14)

Ilmu Apa Saja yang Wajib Kita Pelajari?
Setelah kita mengetahui bahwa hukum menuntut ilmu agama adalah wajib, maka apakah kita wajib mempelajari semua cabang ilmu dalam agama? Tidaklah demikian. Kita tidak diwajibkan untuk mempelajari semua cabang dalam ilmu agama, seperti ilmu jarh wa ta’dil sehingga kita mengetahui mana riwayat hadits yang bisa diterima dan mana yang tidak. Demikian pula, kita tidak diwajibkan untuk mempelajari rincian setiap pendapat dan perselisihan ulama di bidang ilmu fiqh. Meskipun bisa jadi ilmu semacam itu wajib dipelajari sebagian orang (fardhu kifayah), yaitu para ulama yang Allah Ta’ala berikan kemampuan dan kecerdasan untuk mempelajarinya demi menjaga kemurnian agama.
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Ibnu Hajar rahimahullah di atas, kita “hanya” wajib mempelajari sebagian dari ilmu agama, yaitu ilmu yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah, sehingga kita dapat beribadah kepada Allah Ta’ala dengan benar. Kita juga wajib mempelajari ilmu tentang aqidah dan tauhid, sehingga kita menjadi seorang muslim yang beraqidah dan mentauhidkan Allah Ta’ala dengan benar dan selamat dari hal-hal yang merusak aqidah kita atau bahkan membatalkan keislaman kita.
Ibnul Qoyyim rahimahullah telah menjelaskan ilmu apa saja yang wajib dipelajari oleh setiap muslim. Artinya, tidak boleh ada seorang muslim pun yang tidak mempelajarinya. Ilmu tersebut di antaranya:
Pertama, ilmu tentang pokok-pokok keimanan, yaitu keimanan kepada Allah Ta’ala, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir.
Ke dua, ilmu tentang syariat-syariat Islam. Di antara yang wajib adalah ilmu tentang hal-hal yang khusus dilakukan sebagai seorang hamba seperti ilmu tentang wudhu, shalat, puasa, haji, zakat. Kita wajib untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan ibadah-ibadah tersebut, misalnya tentang syarat, rukun dan pembatalnya.
Ke tiga, ilmu tentang lima hal yang diharamkan yang disepakati oleh para Rasul dan syariat sebelumnya. Kelima hal ini disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
ö قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah,’Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui’”. (QS. Al-A’raf [7]: 33)
Kelima hal ini adalah haram atas setiap orang pada setiap keadaan. Maka wajib bagi kita untuk mempelajari larangan-larangan Allah Ta’ala, seperti haramnya zina, riba, minum khamr, dan sebagainya, sehingga kita tidak melanggar larangan-larangan tersebut karena kebodohan kita.
Ke empat, ilmu yang berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain secara khusus (misalnya istri, anak, dan keluarga dekatnya) atau dengan orang lain secara umum. Ilmu yang wajib menurut jenis yang ke empat ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan dan kedudukan seseorang. Misalnya, seorang pedagang wajib mempelajari hukum-hukum yang berkaitan dengan perdagangan atau transaksi jual-beli. Ilmu yang ke empat ini berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. (Lihat Miftaah Daaris Sa’aadah, 1/156)
Dari penjelasan Ibnul Qoyyim rahimahullah di atas, jelaslah bahwa apa pun latar belakang pekerjaan dan profesi kita, wajib bagi kita untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Menuntut ilmu agama tidak hanya diwajibkan kepada ustadz atau ulama. Demikian pula kewajiban berdakwah dan memberikan nasihat kepada kebaikan, tidak hanya dikhususkan bagi para ustadz atau para da’i. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَوَاللَّهِ لأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ
“Demi Allah, jika Allah memberikan petunjuk kepada satu orang saja melalui perantaraanmu, itu lebih baik bagimu dibandingkan dengan unta merah (yaitu unta yang paling bagus dan paling mahal, pen.)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan tidak diragukan lagi, bahwa untuk berdakwah sangat membutuhkan dan harus disertai dengan ilmu. Bisa jadi, karena kondisi sebagian orang, mereka tidak terjangkau oleh dakwah para ustadz. Sebagai contoh, betapa banyak saudara kita yang terbaring di rumah sakit dan mereka meninggalkan kewajiban shalat? Di sinilah peran penting tenaga kesehatan, baik itu dokter, perawat, atau ahli gizi yang merawat mereka, untuk menasihati dan mengajarkan cara bersuci dan shalat ketika sakit. Demikian pula seseorang yang berprofesi sebagai sopir, hendaknya mengingatkan penumpangnya misalnya untuk tetap menunaikan shalat meskipun di perjalanan. Tentu saja, semua itu membutuhkan bekal ilmu agama yang memadai.
Terahir, jangan sampai kita menjadi orang yang sangat pandai tentang seluk-beluk ilmu dunia dengan segala permasalahannya, namun lalai terhadap ilmu agama. Hendaknya kita merenungkan firman Allah Ta’ala,
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia, sedangkan mereka lalai tentang (kehidupan) akhirat”. (QS. Ar-Ruum [30]: 7)

Rabu, 09 April 2014

Boarding Schoolnya ALKHOIR

Sekilas tergambarkan wajah bahagia maupun muram mereka, kenapa tidak...? karena mereka ada dalam bilik pencarian jati diri usia dini pada lembaga yang masih hijau dan pengalaman yang terbilang sedikit, tapi tidak menutup kemungkinan moral dan martabat mereka terangkat dengan bimbingan guru dan masyarakat Boarding School ini. Pondok SDIT Alkhoir namanya, biasa orang-orang sekitar menamainya. Sungguh pendidikan usia dinilah SDM gemilang masa depan yang masih penuh dengan anggapan spekulasi.
                   Setidaknya kita memfasilitasi apresiasi masyarakat akan mutu pendidikan guna menunjang   karakter anak didik mereka.
 
Karena memasuki abad ke 21, bangsa-bangsa di dunia sedang berlomba dalam pengembangan berbagai teknologi strategis di dunia global. Dampak perkembangan teknologi menyebabkan perubahan budaya, gaya hidup dan prilaku sangat drastis. Terutama budaya-budaya ketimuran (islami) semakin terjepit oleh budaya barat yang dikemas dengan beragam media dan cara.

Isu globalisasi tidak terlepas dari booming ekonomi yang melanda dunia, yang menghilangkan semua sekat-sekat budaya, geografis, dan ideology sebuah Negara. Tidak hanya sampai disitu tetapi juga berkaitan dengan persoalan-persoalan lain, seperti budaya, social, agama, politik, pendidikan dan hampir seluruh aspek kehidupan.

Instabilitas (ketidakstabilan keadaan) yang selama ini melanda Indonesia, cukup mengganggu proses belajar mengajar di Indonesia, sehingga mengganggu terciptanya sumber daya manusia (SDM) di masa mendatang. Melihat kondisi seperti ini, maka  kita perlu waspada jangan sampai generasi muda kita menjadi generasi yang lemah (dhoif), cengeng dan tidak bisa berdiri sendiri.

            Untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas, tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri, tetapi harus dijalin suatu kerja sama yang baik antara pihak sekolah, guru, orang tua siswa dan siswa itu sendiri.
Dampak dari terjadinya globalisasi adalah terjadinya persaingan antar bangsa yang semakin tajam terutama dalam ekonomi serta bidang keilmuan dan teknologi. Hanya segara yang unggul dalam bidang ekonomi dan penguasaan IPTEK sajalah yang akan mengambil manfaat dari globalisasi. Keunggulan dalam bidang ekonomi dan teknologi hanya bisa dicapai dengan Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dengan demikian tantangan dalam menghadapi globalisasi adalah dengan meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam menghasilkan karya yang bermutu sebagai hasil dari penguasaan dalam bidang IPTEK.

Terkait dengan kebutuhan untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas yang mampu bersaing di era global, maka perlu penajaman visi pendidikan sebagai upaya mempersiapkan SDM yang berkualitas. Dengan melihat kondisi tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya antisipasi dengan melakukan perbaikan sistim pendidikan.
Visi pendidikan nasional yaitu, ”mencerdaskan kehidupan bangsa yang bermoral dan berakhlak" mengandung implikasi bahwa penyelenggaraan pendidikan haruslah mampu memadukan pendidikan ilmiah dengan pendidikan moral dan akhlak. Nilai-nilai agama adalah nilai-nilai universal yang dapat diimplementasikan dalam segala bidang. Oleh karena itu, islam sebagai agama yang memiliki nilai-nilai luhur yang ajarannya bersifat menyeluruh, melingkupi semua bidang kehidupan manusia menjadi alternative pilihan terbaik untuk dijadikan landasan pengembangan sistim pendidikan.  
Memasuki era baru ini, muncullah lembaga pendidikan "Boarding School" yang memadukan system pesantren dan sekolah umum. Dengan tujuan memberi bekal kefahaman agama dan IPTEK secara seimbang.
Sekolah Berasrama adalah alternatif terbaik buat para orang tua menyekolahkan anak mereka dalam kondisi apapun. Selama 24 jam anak hidup dalam pemantauan dan control yang total dari pengelola, guru, dan pengasuh di sekolah-sekolah berasrama. Anak betul-betul dipersiapkan untuk masuk kedalam dunia nyata dengan modal yang cukup, tidak hanya kompetensi akademis, tapi skill-skill lainnya dipersiapkan sehingga mereka mempunyai senjata yang ampuh untuk memasuki dan manaklukkan dunia ini. Di sekolah berasrama anak dituntut untuk dapat menjadi manusia yang berkontribusi besar bagi kemanusiaan. Mereka tidak hanya hidup untuk dirinya dan keluarganya tapi juga harus berbuat untuk Orang lain. Oleh sebab itu dukungan fasilitas terbaik, tenaga pengajar berkualitas, dan lingkungan yang kondusif harus didorong untuk dapat mencapai cita-cita tersebut.



Sabtu, 05 April 2014

Edukasi kesehatan DOKCIL ( dokter kecil)

Tepatnya pada hari sabtu tanggal 05 April 2014
perwakilan peserta dokter kecil SDIT ALKHOIR kedatangan penguji dari lembaga Pusat Kesehatan Masyarakat kecamatan bandung guna mencetak kader-kader yang peduli akan kesehatan masyarakat baik lingkungan masyarakat pelajar maupun lingkungan masyarakat sekitar.
Dari tiga peserta yang telah diuji yaitu :
- Hanifatud Diniyyah
- Garnis Dea Ananda
- Zaid Imaduddin Abdurrahman
Pihak penguji memutuskan bahwa saudari Hanifatud Diniyyah dengan prosentase hasil uji tertulis dan interview yang cukup memuaskan, berhak mewakili kecamatan bandung untuk bersaing ketingkat selanjutnya guna
mensosialisasikan Usaha Kesehatan Sekolah.

Pendidikan dan pelayanan kesehatan anak memang harus dimulai dari lingkungan tempat ia bersosialisasi seperti di rumah dan sekolah. Misalnya saja seperti adanya dokter kecil di sekolah dasar, tujuannya adalah sebagai upaya pendekatan edukasi dalam rangka menciptakan perilaku sehat di sekolah. Siswa yang menjabat sebagai dokter kecil bertugas untuk melaksanakan sebagian usaha peningkatan dan pemeliharaan terhadap diri sendiri, teman sekolahnya, keluarga dan lingkungannya.

   Biasanya dokter kecil adalah mereka yang mengenyam pendidikan sekolah dasar  kelas 4 hingga 6 dan termasuk siswa yang berprestasi, serta syarat lainnya yang tentu berkenaan dengan kesehatan. Di sekolah umum atau madrasah biasanya ketika upacara berakhir, ada dokter kecil yang membantu guru berjaga-jaga di belakang barisandan bertindak ketika mendapati temannya yang kurang sehat. Selain itu, kewajiban sebagai dokter kecil adalah memberikan contoh perilaku sehat dan mampu mendorong teman-temannya untuk menjalankan pola hidup sehat.

   Dokter kecil yang merupakan bagian dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dibekali dengan berbagai ilmu kesehatan seperti masalah kesehatan lingkungan atau pengetahuan tentang tanda-tanda penyakit. Selain itu, mereka juga diberikan pengetahuan tentang macam-macam gizi yang diperlukan, seberapa pentingnya memiliki kecukupan gizi dan lain sebagainya.

  Sebagaimana kita ketahui bahwa berbagai penyakit yang dialami anak ditularkan melalui jajanan sekolah yang tak sehat. Fungsi dokter kecil di sini adalah sebagai media yang dapat memengaruhi siswa untuk lebih selektif memilih makanan atau minuman yang hendak dikonsumsi. Selain itu, penyakit yang kerap menyerang anak-anak adalah penyakit cacingan. Berdasarkan survey, 31,8 anak sekolah dasar mengidap cacingan. Cacingan tak boleh dianggap remeh, karena anak yang cacingan akan kehilangan kandungan karbohidrat dan protein dalam tubuhnya. Selain itu, produktivitas anak akan terganggu. Oleh karenanya, perilaku sehat dalam keseharian sangat penting untuk disuarakan. Dalam lingkup ini, dokter kecil berpotensi besar untuk melakukan itu kepada teman-temannya.

   Keberadaan dokter kecil di sekolah diharapkan dapat memberi pengaruh terhadap kesehatan anak agar lebih sejahtera. Agar dokter kecil terus berkembang, maka membutuhkan dukungan dari 3 unsur yakni lingkungan keluarga, teman sepermainan, dan lingkungan sekolah.

Rabu, 02 April 2014

بسم الله الرحمن الرحيم
PRESENTASI MADING DARI KELAS VB SDIT AL KHOIR 

Masa muda adalah masa produktivitas tinggi menggapai berbagai macam kreasi dan seni, baik dalam bidang akademik maupun non akademik, terinspirasi dari minat anak yang suka menulis, akhirnya salah satu guru menyiapkan media kreatifitas untuk anak - anak kelas 5 terkhususnya kelas 5b AL Khoir berupa publikasi MADING majalah dinding versi mereka. Meskipun terbilang hijau namun mereka mampu menelurkan bakatnya dengan bukti hasil mereka yang cukup memuaskan,
Terkadang terlontarkan kata-kata lucu mereka saat mempresentasikan karya mereka, meskipun begitu tetaplah terlihat bakat yang selama ini terpendam pada jiwa mereka. Dalam kurun waktu 2 minggu mereka mampu meracik dan mendesain kreatifitas mereka dalam balutan kertas putih kuning bercorak warna - warni sekehendak mereka.


dibawah ini akan kami cantumkan visualisasi saat mereka mempresentasikan karya mereka.


Kelompok 1.
Terdiri dari :
  • Intan aristianti
  • Isniati Yasmin
  • Desty Ona Yuki
  • Silfi Purnama
Nama mading AL Bukhori Peringkat ke Dua dengan nilai 95%


Kelompok 2.
Terdiri dari :
  • Siti Cholilah
  • Tasya Ananda
  • Ridha Azizah
  • Hanifatud Diniyyah
  • Fajrah Saidah
  • Nur Ika
  • Viola Restu L  
Dengan nama mading AL Bayyan dengan peringkat ketiga nilai 89+%

Kelompok 3.
Terdiri dari :
  • Lintang Mutia Rahma
  • Yuke Raisya
  • Garnis Dea Ananda
  • Chicha Monicha
  • Arya Rahma M
  • Syawala Az zahra

Dengan nama mading MADING memperoleh peringkat 1 dengan nilai 98+%

Hasil presentasi bisa dilihat pada link berikut
http://youtu.be/9m_JJFZ0eL8


Apa yang menjadi pesan-pesan mereka kepada para pembaca adalah
Tetap semangat belajar dan kembangkan kreasimu serta 
AYO MEMBACA.